Wednesday 15 September 2010

Tuhan Allahmu Akan Memegang Tanganmu

PENATUA W. CRAIG ZWICK

Apabila kita mau ... berjalan bergandengan tangan dengan-Nya di jalan-Nya, kita akan maju terus dengan iman dan tidak pernah merasa sendirian.
Di mata dan hati banyak orang di dunia zaman sekarang, terbukti ada keraguan, ketakutan dan keputusasaan. Banyak kecemasan di dunia ini telah memasuki rumah tangga dan kehidupan pribadi kita. Tidak peduli berapa umur dan bagaimana keadaan kita, kita semua perlu tahu bahwa ada hal-hal yang perlu kita lakukan pada saat ini dan harapan di masa datang.

Dengarkanlah perkataan Mormom: "Tidak tahukah kamu bahwa kamu berada di dalam tangan Allah? Tidak tahukah kamu, bahwa Ia mempunyai segala kuasa?" (Mormon 5:23).

Tangan adalah salah satu bagian yang secara simbolis menunjukkan tubuh. Dalam Ibrani, yad, kata yang paling umum digunakan untuk "tangan" juga digunakan secara simbolis yang berarti kekuasaan, kekuatan, keinginan (lihat William Wilson, Old Testament Word Studies, [1978], 205). Oleh karena itu, tangan berarti kekuasaan dan kekuatan.

Uluran tangan Nabi yang hidup, Presiden Gordon B. Hinckley, menguatkan, meneguhkan, dan mengilhami orang-orang di seluruh penjuru dunia.

Berada di dalam tangan Allah artinya bahwa kita tidak hanya berada di bawah pemeliharaan-Nya yang penuh perhatian tetapi juga bahwa kita dibimbing dan dilindungi oleh kuasaNya yang menakjubkan.

Dalam seluruh tulisan suci, rujukan dibuat terhadap tangan Tuhan. Bantuan Ilahi-Nya berulang kali terbukti.

Tangan-Nya yang penuh kuasa menciptakan dunia dan cukup lembut untuk memberkati anak-anak kecil.

Pikirkan perkataan Yohanes dalam menguraikan Juruselamat yang dibangkitkan dan dipermuliakan:

"Ketika aku melihat Dia, Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata, Jangan takut!; Aku adalah Yang Hidup, dan Aku telah mati; namun lihatlah, Aku hidup sampai selama-lamanya'" (Wahyu 1:17-18).

Ketika Dia meletakkan tangan-Nya di atas kita, kita, seperti Yohanes, dapat hidup di dalam Dia.

Dua puluh empat tahun yang lalu, bayi lelaki mungil kami yang baru lahir berjuang mempertahankan hidupnya di ruang unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit. Paruparunya tidak berfungsi dengan baik karena dia lahir prematur dan dia mengalami kesulitan bernapas. Dia mungil sekali, tetapi memiliki semangat yang besar untuk hidup. Sebagai orang tua yang masih muda dan tak berpengalaman, saya dan istri saya yang setia dan tabah, Jan, berdoa supaya tangan Tuhan terulur dan membantu bayi kami untuk terus bernapas. Ketika saya memasukkan tangan saya yang gemetar ke dalam lubang kecil tabung inkubator bayi, saya merasa lemah dan tak berdaya. Saya memegang tangan putra saya yang mungil dan sempurna yang baru lahir itu, dan ada kekuatan rohani mengalir yang tidak akan pernah terlupakan. Dua jari dari setiap tangan saya menutupi kepala mungilnya saat saya memberkatinya.

Keinginan kami terhadapnya murni, tetapi kami tahu bahwa pengalaman duniawinya ada di tangan Tuhan dan bukan di tangan kami atau tim dokter yang merawatnya. Saya kemudian dengan rendah hati menyadari bahwa tangan saya yang gemetar memiliki kuasa dan wewenang jauh di luar kemampuan saya. Jari saya di atas kepalanya melambangkan adanya tangan dan kuasa Allah di atas kepala putra kami. Setelah pemberkatan itu, dalam suasana hening yang menyentuh, saya dan pasangan kekal saya saling berpandangan di seberang tabung bayi itu, merasakan semangat pengharapan dan penghiburan yang diperbarui, yang datang dari iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan sebagai dampak pribadi akan Kurban Tebusan-Nya. Itu merupakan kesaksian kuat akan kasih-Nya kepada seorang bayi yang baru saja meninggalkan hadirat-Nya. Kami kemudian menjadi lebih siap menerima kehendak-Nya atas putra kami. Kami benar-benar merasa bahwa kami telah meletakkan tangan kami di dalam tangan Juruselamat. Seolaholah tangan Juruselamat sendirilah yang memberikan bantuan di saat-saat kritis, dengan membiarkan putra kami bernapas dan memperoleh perawatan. Dengan setiap napas dan dengan setiap kemajuan yang dicapai, kami dengan sungguh-sungguh mengungkapkan rasa syukur. Saat ini, putra kami yang sudah sehat dan orang tuanya yang berutang terus bersyukur atas tangan Juruselamat yang penuh belas kasihan.

Diantara janji-janji Ilahi yang datang pada pagi hari Kebangkitan Pertama dan mewarisi "takhta, kerajaan, pemerintahan dan kekuasaan" adalah janji-janji tambahan dari "segala ketinggian dan kedalaman" (A&P 132:19). Rencana agung kebahagiaan meliputi banyak saat yang penuh kesulitan dan saat-saat paling membahagiakan. Ya, kita semua memiliki saat-saat sulit dan kesedihan. Kadangkadang, saat-saat itu begitu sulit untuk kita hadapi sehingga kita ingin menyerah. Ada saat-saat ketika langkah kita gontai, ketika kita merasa patah semangat dan bahkan dengan putus asa mencari pertolongan.

Penatua Holland mengingatkan kita, "Lambang cawan yang tidak dapat lalu, adalah cawan yang datang dalam kehidupan kita sebagaimana dalam kehidupan [Juruselamat]. Pencobaan yang datang dalam kehidupan kita tidak seberapa, sungguh tidak seberapa, tetapi perncobaan itu sering datang untuk mengajari kita bahwa kita harus patuh" (Trusting Jesus, [2003]).

Kita masing-masing perlu mengetahui bahwa kita dapat bertahan dalam kekuatan Tuhan. Kita dapat meletakkan tangan kita di dalam tangan-Nya dan kita akan merasakan kehadiranNya dalam mendukung kita untuk mencapai hal-hal yang tidak dapat kita capai sendiri.

Ketika seorang ayah yang berduka membawa putranya yang sakit kepada Yesus, Markus mencatat bahwa "Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri" (Markus 9:27).

Kita harus percaya kepada Tuhan. Apabila kita menyerahkan diri kita secara tulus kepada-Nya, beban kita akan diangkat dan hati kita akan dihibur.

Penatua Scott baru-baru ini menasihati, "Percayalah kepada Allah ... terlepas betapa menantangnya keadaan itu .... Kedamaian dalam hati Anda, keyakinan Anda akan jawaban terhadap masalah berat Anda, dan sukacita tertinggi Anda bergantung pada keparcayaan Anda kepada Bapa Surgawi dan Putra-Nya Yesus Kristus" (Penatua G. Scott, "Kuasa Iman yang

Mendukung di Saat-saat yang Tak Menentu dan Sulit," Liahona, Mei 2003, hlm.76, 78).

Bagaimana kita belajar untuk percaya? Bagaimana kita belajar mengulurkan tangan kita dan menghubungkannya dengan penghiburan yang diberikan oleh Tuhan?

Petunjuk yang jelas datang dari Tuhan kepada Yoseph Smith,

"Belajarlah dari Aku, dan dengarkanlah firman-Ku; berbuatlah dalam kelemahlembutan Roh-Ku dan engkau akan memperoleh damai di dalam Aku .... Berdoalah selalu, maka Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atasmu" (A&P 19:23, 38.)

Inilah empat kuncinya:

* Belajar
* Mendengarkan
* Mencari roh
* Berdoa selalu

Tuhan akan menyediakan pemeliharaan dan dukungan apabila kita bersedia membuka hati dan menerima tangan bantuan Ilahi-Nya.

Presiden Thomas S. Monson mengingatkan kita mengenai tangan penyelamat Juruselamat yang pemurah, "Kami mengagumi tangan yang menyelamatkan—yaitu tangan Yesus Kristus, Putra Allah, Penebus semua umat. Dengan tangan itu Dia mengetuk pintu pemahaman kita" ("Hands," Tambuli, Maret 1991, 5).

Baru-baru ini putri dan menantu lelaki kami sedang mempersiapkan diri untuk menikmati malam bersama. Mereka sibuk mempersiapkan diri dan memberikan petunjuk kilat kepada pengasuh anak. Mereka tidak memperhatikan wajah sedih salah seorang anaknya dan anak lainnya yang menangis sampai mereka ada di depan pintu, siap untuk pergi. Mereka menyadari bahwa anak-anak mereka mengkhawatirkan kepergian ayah dan ibu mereka. Jadi, orang tua mereka mengumpulkan empat anak yang amat berharga tersebut di sekeliling mereka. Si ayah meminta anak-anak itu agar mengulurkan tangan di depan mereka. Delapan tangan diulurkan. Ayah dan ibu kemudian mencium setiap tangan dan mengatakan kepada mereka bahwa saat mereka merindukan ayah dan ibu, atau takut atau ingin merasakan kasih mereka, mereka dapat meletakkan tangan ke pipi mereka dan mereka akan merasakan kehadiran ibu serta ayah setiap saat. Mereka sangat bahagia, dan ketika putri dan menantu kami pergi, mereka melihat empat anak kecil, berdiri di jendela dengan senyuman di wajah dan tangan di pipi mereka.

Mereka mempercayai orang tuanya. Mereka tahu mereka dikasihi.

Seperti halnya kepercayaan anakanak kecil ini, kita masing-masing harus memiliki kepercayaan yang tak terbatas seperti anak-anak kecil itu. Kita semua harus ingat bahwa kita adalah para putra dan putri Allah dan bahwa Dia sangat mengasihi kita .... Apabila kita benar-benar memahami siapa diri kita, kita akan memiliki sumber pengharapan dan penghiburan yang tidak pernah gagal.

Kita tidak pernah dapat menyelesaikan "perlombaan yang diwajibkan bagi kita" (Ibrani 12:1) tanpa meletakkan tangan kita di dalam tangan Tuhan.

Beberapa tahun yang lalu, putri kami satu-satunya memutuskan untuk ikut lomba lari maraton. Dia berlatih dan berusaha sangat keras bersama beberapa temannya. Perlombaannya sulit, dan ada saat-saat ketika dia ingin berhenti. Tetapi dia terus berlari dan memusatkan perhatian hanya pada satu langkah setiap saat. Ketika sampai di bagian tengah arena perlombaan, dia mendengar seseorang di belakangnya berteriak, "Ada orang buta di sebelah kananmu."

Dia menoleh, hanya untuk melihat seorang pria buta itu berlari melewatinya, sambil memegang tangan pria lain. Mereka berdua ikut berlomba. Saat mereka melewatinya, dia dapat melihat betapa kuatnya pria buta itu memegang tangan temannya.

Mengalahkan rasa sakit jasmaninya sendiri, putri kami dikuatkan saat dia melihat dua pria ini berlari berpegangan tangan. Pria yang dapat melihat, diberi semangat oleh temannya yang buta, dan pria buta ini bergantung pada pegangan tangan temannya. Putri kami tahu bahwa pria buta ini tidak akan pernah dapat menyelesaikan perlombaan sendirian. Dia terilhami dengan kepercayaan pria buta ini dan kasih setia temannya.

Dalam hal yang sama, Juruselamat telah mengulurkan tangan-Nya kepada kita masing-masing supaya kita tidak perlu berlari sendirian. "Kepada mereka yang kadang-kadang berjalan terhuyung-huyung atau terantuk, Dia ada di sana untuk meluruskan dan menguatkan" (Trusting Jesus, 43). Pada saat kita maju menuju garis akhir, Dia akan berada di sana untuk menyelamatkan kita; dan untuk semua ini Dia menyerahkan nyawa-Nya.

Bayangkan luka-luka di tangan-Nya. Tangan-Nya yang penuh pengalaman, ya, bahkan tangan-Nya dari daging yang terkoyak dan pengurbanan jasmani-Nya memberi tangan kita sendiri kekuatan serta petunjuk yang lebih besar.

Kristus yang terluka itulah yang menuntun kita melalui masa-masa sulit. Dialah yang mengangkat kita ketika kita memerlukan lebih banyak udara untuk dihirup atau petunjuk untuk diikuti atau bahkan lebih banyak keberanian untuk terus maju.

Apabila kita mematuhi perintahperintah Allah dan berjalan bergandengan tangan dengan-Nya di jalanNya, kita akan maju terus dengan iman dan tidak pernah merasa sendirian.

Percayalah akan janji kehidupan kekal-Nya, dan biarkan kedamaian serta harapan bersemayam dalam diri Anda.

Ketika kita mengaitkannya dengan Pencipta Kedamaian dan dengan kasih sempurna serta penebusan-Nya, maka kita dapat mengetahui terwujudnya janji Yesaya: "Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu, dan berkata kepadamu: Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau" (Yesaya 41:13).

Saya bersaksi akan Yesus Kristus, Penebus kita dan Juruselamat yang hidup.

Saya bersaksi bahwa Dia hidup dan mengulurkan tangan kasih-Nya kepada kita masing-masing. Dalam nama Yesus Kristus, amin.